Wuhan, kota asal virus SARS-CoV-2, sudah mencatatkan nol kasus baru (zero new case) sejak 19 Maret silam. Sedangkan China melaporkan nol kasus kematian pada 7 April sejak outbreak atau gelombang COVID-19 pertama pada Januari silam. Di akhir bulan April, Korea Selatan menyusul Wuhan dalam hal nol kasus baru. Ya, melansir situs The Guardian, Negara Ginseng itu mencatatkan nol kasus domestik sejak outbreak pada pertengahan Februari silam.
Kedua negara tersebut, dan mungkin juga petinggi-petinggi negara lain, akhirnya boleh bernapas lega karena hal ini. Nol kasus baru ini menandakan harapan untuk negara-negara lain pun mulai mendekat. Pasca nol kasus baru ini, Pemerintah Korea Selatan mulai melonggarkan pedoman aturan berjarak (physical distancing) yang selama ini diterapkan. Pergerakan ekonomi juga mulai dibangkitkan penuh kembali. Sayangnya, kenyataan itu tak berlangsung lama.
Akhir pekan lalu, tepatnya pada tanggal 10 Mei, dunia harus mendapati kenyataan bahwa outbreak kedua COVID-19 sudah datang. Melansir situs The Guardian, serentetan kasus baru kembali bermunculan di Wuhan juga Shulan, sebuah kota di dekat perbatasan Rusia. Berita ini dikonfirmasi oleh otoritas China, yang menyatakan bahwa ada kluster kasus baru yang terhubung pada seorang wanita yang tidak punya riwayat perjalanan ataupun paparan virus. Pemerintah setempat mengumumkan kasus baru tersebut berjumlah 17 kasus.
Masih dari The Guardian, di hari yang sama dengan kasus baru di China, Korea Selatan juga mencatatkan satu kluster kasus baru di sejumlah kelab malam yang didatangi oleh seorang pasien positif coronavirus. Negara ini mencatatkan adanya 34 kasus baru karena hal tersebut. Dua berita ini tentu saja mengkhawatirkan sejumlah negara yang masih berperang dengan pertumbuhan kasus COVID-19 ataupun negara yang sedang menata kembali wilayahnya setelah outbreak pertama.
‘Kembalinya’ coronavirus di dua negara tersebut tentu menjadi peringatan untuk negara-negara lain, termasuk Indonesia, bahwa kewaspadaan dan kehati-hatian tetap perlu diterapkan. Sebab, tak ada jaminan pasti kapan dan bagaimana virus ini bisa hilang sepenuhnya dari Bumi ini.
Begitu pula di Indonesia, yang hingga 8 Mei saja belum selesai melewati gelombang pertama. Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa merasa waspada dan berhati-hati, sekaligus menjaga jarak, mengurangi aktivitas di luar rumah, dan memakai masker maupun cairan pembersih saat terpaksa harus keluar rumah. (AP)