Bisa dikatakan, pesawat terbang adalah moda transportasi paling efektif yang ada saat ini. Kecepatan dan kapasitas ruang yang dimilikinya merupakan dua faktor utama penilaian tersebut. Kebolehannya menembus wilayah-wilayah terpencil juga menjadi satu-satunya opsi penduduk setempat mendapatkan suplai seperti makanan atau kunjungan dari zona luar—walau risiko yang mesti ditanggung oleh pilot maupun penumpangnya cukup riskan.
Lukla Airport, Nepal
Lukla Airport di Khumbu, Solukhumbu, Province No. 1, bagian timur Nepal dinobatkan sebagai Bandara Paling Berbahaya dalam program tayangan Most Extreme Airports di The History Channel pada 2010 silam. Alasannya ialah karena bandara ini memiliki semua tantangan yang mungkin dihadapi pilot saat akan menerbangkan ataupun mendaratkan pesawat.
Yap, melansir Forbes, Lukla Airport menjadi yang paling berbahaya karena landasan pacu yang pendek, letak geografis yang sempit, serta tekanan udara yang rendah.
Bandara ini hanya punya landasan pacu sepanjang 523 meter—sebagai perbandingan, landasan pacu di bandara-bandara internasional bisa lebih dari 3000 meter. Lukla terletak di tengah-tengah pegunungan yang terjal dan curam, dengan landasan pacu yang berada di ujung daratan dan menghadap langsung pada lembah yang terjal. Tak hanya itu, bandara ini juga berada di ketinggian 9.383 mdpl. Artinya, tekanan udara di sekitar landasan pacu Lukla Airport berada jauh dari tekanan udara di atas permukaan air. Secara teknis, hal ini memiliki dampak pada tenaga yang dihasilkan oleh mesin pesawat.
Seolah tantangan-tantangan di atas tak cukup, Kota Lukla pun memiliki cuaca yang susah diprediksi. Tentu saja hal ini disebabkan oleh letak geografis kota kecil dalam Pegunungan Himalaya itu. Kabut, badai hujan, ataupun salju yang datang tiba-tiba selalu mungkin terjadi. Makanya, meski jarak penerbangan dari Kathmandu ke Lukla terhitung dekat, banyak pesawat yang harus kembali ke Kathmandu karena cuaca di Lukla tak mendukung penerbangan tersebut untuk mendarat. Sebab itu, Lukla Airport hanya bisa digunakan untuk menerbangkan dan mendaratkan helikopter serta pesawat komersil berbadan kecil yang berisi 6 hingga 8 orang.
Bandar udara ini pertama kali dibangun pada tahun 1964 atas inisiasi pribadi Edmund Hillary—seorang pendaki gunung, penjelajah, dan filantropi asal Selandia Baru yang diyakini sebagai pendaki pertama Gunung Everest bersama seorang warga lokal (Sherpa) Tenzing Norgay pada 1953. Dan untuk menghargai jasa keduanya, pada Januari 2008 bandara ini dinamai ulang menjadi Tenzing-Hillary Airport oleh pemerintah setempat.
Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, Lukla Airport kini menjadi salah satu jalur awal bagi para pendaki Gunung Everest. (AP)