Ada banyak hal yang harus diketahui mengenai persiapan persalinan agar prosesnya dapat berjalan dengan lancar. Apalagi ketika waktu untuk persalinan semakin dekat. Namun selain itu, ada baiknya jika ibu hamil, pasangan, serta keluarga juga mengetahui berbagai hal pasca persalinan, salah satunya yaitu kondisi mental ibu hamil setelah melahirkan.
Saat waktu yang ditunggu tiba, yaitu sang buah hati lahir ke dunia, para suami maupun keluarga sering kali fokus pada rasa bahagia yang dirasakan. Namun, tahukah bahwa ternyata banyak perempuan yang justru mengalami depresi setelah melahirkan? Kondisi ini disebut dengan depresi post partum.
Depresi post partum adalah depresi yang dialami oleh ibu hamil pasca melahirkan dan bisa berlangsung dalam waktu tidak terlalu lama hingga 12 bulan. Depresi post partum ini berbeda dengan baby blues dan bahkan lebih parah sehingga harus mendapatkan perhatian lebih.
Seorang ibu yang mengalami depresi ini umumnya menunjukkan beberapa gejala, di antaranya:
- Merasa mudah lelah
- Sering menangis tanpa sebab jelas
- Emosi tidak terkendali
- Perubahan mood terjadi secara cepat
- Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
- Memilih untuk menyendiri
- Putus asa
Kondisi depresi post partum yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan bahaya bagi sang ibu, bayi, maupun orang di sekitar. Sebab, tidak jarang ibu akan melukai dirinya dan anaknya. Bahkan, bisa berpikir untuk bunuh diri atau membunuh bayinya.
Hingga saat ini belum ada yang mengetahui persis penyebab seorang ibu mengalami depresi post partum. Meskipun begitu, bukan berarti Anda tidak bisa berupaya untuk mencegahnya, di antaranya:
- Selalu berikan dukungan
Ketika baru melahirkan, ibu mungkin akan mengalami berbagai emosi yang campur aduk. Pastikan suami dan keluarga selalu memberikan ibu dukungan selama persalinan hingga setelahnya. Temani sang ibu dan jangan biarkan ibu merasa sendirian. Selalu perhatikan perubahan ekspresi dan sikap ibu selama pasca persalinan untuk mendeteksi adanya baby blues maupun depresi post partum agar dapat segera diatasi sebelum parah.
- Hindari mengkritik
“Wah keliatan lebih gemuk, ya!” atau “Pas hamil jadi banyak jerawat, ya!” dan berbagai komentar kritik seperti itu akan membuat sang ibu merasa sedih. Hal ini dapat meningkatkan risiko ibu mengalami depresi post partum. Saat ibu hamil terlihat sedih karena adanya perubahan fisik, suami dan keluarga harus menyemangatinya. Namun jika ibu hamil terlihat tidak membahasnya, maka jangan pernah membahas mengenai perubahan fisik tersebut.
- Jangan menekan ibu hamil
Banyak orang yang merasa “lebih pengalaman” sering kali berusaha untuk mengedukasi sang ibu tentang cara merawat bayi. Sayangnya, terkadang caranya salah dan justru membuat ibu semakin tertekan. Memberi saran boleh saja, tetapi hindari memberikan tekanan pada sang ibu dengan memaksakan apa yang diajarkan untuk diterapkan sang ibu.
- Cukupi waktu istirahat
Setelah melahirkan, banyak ibu yang akan kekurangan waktu tidur karena harus merawat anak di tengah malam. Sebagai suami, Anda harus mendukung ibu dan memberinya bantuan saat dibutuhkan. Bahkan terkadang, hanya dengan ikut bangun dan menemani istri menjaga bayi yang bangun tengah malam, bisa menjadi dukungan untuk ibu, lho.
Hal penting yang harus diketahui yaitu, selain ibu ternyata ayah juga bisa mengalami depresi ini. Biasanya ayah yang mengalami hal ini karena sang ibu juga mengalaminya. Itulah sebabnya, saling mendukung pasca persalinan antara ibu, ayah, dan anggota keluarga lain sangatlah penting. Namun jika kondisinya memang cukup parah, maka segera lakukan pemeriksaan dan konsultasikan pada dokter untuk penananan lebih lanjut.